Monday, October 14, 2019



Makalah

Perkembangan Wisata Bahari di Indonesia dan Permasalahannya
(Studi Kasus Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember)







Oleh
Ade Irma Polamolo
1131417037








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019






KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah matakuliah Ekowisata Perairan yang berjudul “Perkembangan Wisata Bahari di Indonesia dan Permasalahannya” dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah  ini masih memiliki banyak kekurangan. Tak  lupa, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna memperbaiki kesalahan demi kesempurnaan makalah ini.  Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan juga bermanfaat pada lingkungan sekitar.


Gorontalo,       September 2019

Penyusun





DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................. 2   
1.3  Tujuan ...............................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Tinjauan Pengembangan Wisata Bahari............................................ 3
2.2  Permasalahan Adanya Wisata Bahari................................................ 5
2.3  Studi Kasus (Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari
di Kabupaten Jember)....................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pariwisata dikembangkan diberbagai belahan di dunia karena dapat menambah pemasukan devisa bagi perekonomian Negara yang berkaitan dengan sumber daya alam serta potensi yang bervariasi. Sumber daya alam yang beraneka ragam baik dalam bentuk budaya, alam serta buatan memiliki suatu ciri khas potensi yang sangat menunjang pariwisata di dunia. Menurut UU. No. 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. (Ferdinandus dan Ida, 2014)
Sebagian besar wilayah di Indonesia terdiri atas lautan yang memiliki peran penting sebagai kebutuhan dasar manusianya. Wilayah pesisir yang bersinggungan langsung dengan laut memiliki sumberdaya yang cukup potensial yang didukung dengan adanya garis pantai sekitar 81.000 Km yang diungkapkan oleh penelitian terdahulu. Dalam pengembangan suatu wilayah dibutuhkan berbagai aspek yang memiliki peran penting terlebih untuk pendapatan daerah. Kemajuan pendapatan daerah pada wilayah pesisir, mengacu pada sektor pariwisata. Saat ini wisata yang banyak diminati oleh masyarakat baik lokal maupun non local yakni wisata yang mengarah ke alam. Salah satu jenis wisata alam yang sekarang ini banyak menghasilkan wisatawan lokal maupun asing yaitu wisata bahari. Dapat diartikan wisata bahari adalah salah satu jenis pariwisata yang memiliki objek sajian meliputi wisata alam dan berhubungan dengan sumberdaya air. Bisa juga dijelaskan bahwa wisata bahari berarti kegiatan berpergian yang bertujuan untuk menikmati alam laut. (Nastiti dan Ema, 2013)
Pariwisata Bahari adalah salah satu dari berbagai jenis pariwisata, yang telah dikenal luas pada dewasa ini dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar tujuan olah raga di air, danau, pantai, teluk atau pantai seperti memancing,menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung keliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di permukaan air serta berbagai rekreasi perairan. (Pendit, 1999 dalam Sastrawan 2014)
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni, Pengembangan wisata bahari, permasalahannya dan contoh studi kasus.
1.3  Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui perkembangangan wisata bahari dan segala permasalahan yang timbul dari adanya wisata bahari di Indonesia
  


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Tinjauan Pengembangan Wisata Bahari
1.      Definisi
Menurut Muljadi (2009) dalam  Nurhusainita (2017), kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi, pariwisata berarti perjalanan atau berpergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang berupa dan berasal dari alam dan budaya masyarakat serta potensi ekonomi yang dapat ditawarkan untuk menarik minat wisatawan (Suwantoro, 2002 dalam Kristiyanto, 2016). 
Dari segi penyelenggaraannya Suwantoro (2004) dalam  Nurhusainita (2017) mengemukakan bahwa obyek wisata dibedakan atas, Ekskursi (excursion)yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih obyek wisata, Safari Tour yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan seacara khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan maupun obyeknya bukan merupakan obyek kunjungan wisata pada umumnya. Misalnya, perjalanan wisata safari ke Blauran di Jawa Timur, safari tour ke Ujung Kulon, safari tour ke pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain, Cruize Tour yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi obyek-obyek wisata bahari dan obyek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatan, Youth Tour (wisata remaja) yaitu kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukan bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing. Di Indonesia umumnya yang dianggap remaja adalah mereka yang masih dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas, belum duduk di bangku Perguruan Tinggi, atau mereka yang usianya masih dibawah 21 tahun, dan belum menikah, Marine Tour (wisat bahari) yaitu suatu kunjungan ke obyek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap.
2.      Jenis-jenis Pariwisata
Yoeti (2008) dalam Saat (2010) Jenis-jenis pariwisata harus kita ketahui dan diperhitungkan supaya dapat memberikan pengertian dan tempat wajar dalam pembangunan industri serta sesuai dengan kondisi yang ada. Beberapa diantaranya yaitu :
-          Wisata Budaya
Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan, untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka. Seringnya perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti oksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
-          Wisata Kesehatan
Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan istirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
-          Wisata Olahraga
Ini dimaksudkan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagain aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara seperti Asian Games, olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, dan lain-lain. Macam cabang olahraga yang termasuk dalam jenis wisata olahraga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang dan berbagai cabang olahraga dalam air atau dia atas pegunungan.
-          Wisata Cagar Alam
Wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
-          Wisata Pertanian
Merupakan perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebuan, ladang pembibitan, dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.
-          Wisata Petualangan
Merupakan perjalanan yang menantang seperti masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, arung jeram di sungai-sungai yang arusnya liar, masuk goa penuh misteri dan sebagainya.
2.2    Permasalahan Adanya Wisata Bahari
Dampak Objek Wisata
Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif. Menurut Mill (2000) dalam Rahmah (2017) dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan.
Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut, misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, aman selama mereka berada di obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial.
Dampak Sosial Ekonomi
Tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dikatakan oleh Gee (1989:12) dalam bukunya yang berjudul “The Travel Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers increases, so does the potential for both positive and negative impacts”. (Gee mengatakan adanya dampak atau pengaruh yang positif maupun negatif karena adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat).
Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Dampak Sosial Budaya
Lingkungan budaya adalah segenap nilai, pandangan hidup, norma, aturan, yang belum menjadi milik seorang individu, yang belum diinternalisasinya. Perilaku manusia memiliki dua aspek, yakni aspek sosial dan aspek budaya. Aspek sosial lebih kongkrit sifatnya daripada aspek budaya. Aspek sosial dari kehidupan manusia adalah relasi- relasi sosial, ikatan-ikatan sosial, yang merupakan abstraksi dari interaksi yang terjadi antara individu satu dengan individu lain, seperti kerjasama, perselisihan, dan partisipasi. Sedangkan aspek budaya adalah sisi pengetahuan yang terdapat di balik perilaku atau interaksi tersebut, termasuk juga tentang pelestarian budaya, norma, bahasa, upacara religi, dan life style.
Kesejahteraan Sosial
Berkembangnya kesejahteraan sosial dapat dilihat dari behasilnya suatu perencanaan sosial dalam masyarakat tertentu. Berhasilnya suatu perencanaan sosial akan membawa dampak yang sangat baik terhadap kesejahteraan sosial pada umumnya. Berhasilnya perencanaan sosial dapat dilihat dari digunakannya teknik-teknik baru yang semakin canggih bagi para perencana dan dipekerjakan sejumlah rencana baru. Kesejahteraan sosial adalah wujud pencapaian dari pembangunan sosial yang berkelanjutan. Jika pembangunan sosial terlaksana secara continu, maka tak ayal kesejahteraan sosiala akan di capai oleh masyarakat tertentu. Sebagai langkah awal untuk pencapaian kesejahteraan sosial maka diperlukan adanya konsep perencaan yang sangat strategis guna memudahkan ruang gerak setiap para pekerja sosial nantinya dalam upaya membangun kesejahteraan sosial masyarakat (Diana Conyers, 1981 dalam Rahmah, 2017)
2.3    Studi Kasus (Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember)
Untuk mengidentifikasi faktor pengembangan kawasan wisata bahari dilakukan dengan menggunakan teknik analisa Delphi dan melibatkan responden. Para responden mengeluarkan pendapat mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap kebutuhan faktor pengembangan wisata bahari. Dari hasil eksplorasi Delphi tahap 1 diperoleh pendapat dari para responden :
1.      Pembentuk daya tarik wisata
Semua responden setuju bahwa daya tarik wisata suatu kawasan yang terkait dengan keberadaan serta kondisi dari sumberdaya alam dan sumberdaya budaya untuk diadakan. Kebanyakan, para responden memiliki pemahaman yang sama bahwa daya tarik wisata merupakan sebuah poin penting yang harus dimiliki oleh setiap kawasan wisata bahari agar dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember.
2.      Ketersediaan prasarana wisata
Seluruh responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan prasarana dalam suatu kawasan perlu dijadikan sebagai faktor pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Alasan yang diungkapkan oleh para responden juga cukup memperlihatkan bahwa kondisi prasarana wisata bahari di Kabupaten Jember tidak layak bahkan tidak semua kawasan wisata terfasilitasi dengan prasarana yang cukup.
3.      Ketersediaan sarana wisata
Ketersediaan sarana wisata disini berkaitan dengan adanya fasilitas penunjang dan fasilitas pendukung seperti akomodasi, aksesibilitas dan galeri-galeri yang berisikan cirri khas dari masing-masing kawasan wisata. Dari ke delapan responden mengungkapkan kesetujuannya mengenai ketersediaan sarana tersebut. Selain dapat mempermudah akses para wisatawan dengan tersedianya transportasi umum, dikarenakan juga akses transportasi menuju ke kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember yang menggunakan kendaraan pribadi. Untuk akomodasi seperti penginapan dan rumah makan tidak semua tempat wisata memilikinya.
4.      Partisipasi masyarakat
Dari delapan responden di atas menyatakan setuju dengan adanya partisipasi masyarakat yang mendukung kegiatan wisata di kawasan wisata bahari. Mereka menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat sangat menguntungkan baik untuk pengelola, pengunjung, pemerintah hingga kepada msyarakatnya sendiri. Dengan bergabungnya masyarakat ke dalam kegiatan wisata tersebut, masyarakat juga akan mendapatkan penghasilan dari kebudayaan lokal yang ada di kawasan wisata yang bisa ditunjukkan oleh masyarakat sekitar kawasan. Bisa dengan mempertunjukkan adat istiadat sehari-hari di daerah masing-masing.
5.      Kelembagaan
Satu dari delapan responden menyatakan tidak setuju dengan adanya peran serta suatu lembaga sebagai faktor pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Salah satu responden yang menyatakan tidak setuju menjelaskan bahwa sebaiknya untuk peningkatan, pengelolaan dan pengembangan di kawasan wisata cukup dipegang dan dikendalikan oleh satu badan pengelola saja. Di sisi lain, tujuh responden yang setuju menyatakan bahwa peran serta suatu lembaga sangat dibutuhkan dalam pengembangan kawasan wisata bahari.
6.      Kesempatan investasi
Seluruh responden menyatakan setuju bahwa diperlukan adanya kesempatan investasi para investor yang ingin mengembangkan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Selain dapat menunjang pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata, segala kendala dalam pembiayaan juga dengan mudah dapat teratasi dalam pengembangannya.
7.      Kualitas lingkungan
Kualitas lingkungan disini terkait dengan kebersihan lingkungan yang ada di kawasan wisata seperti penurunan jumlah sampah dan penjagaan keasrian kawasan. Dari delapan responden di atas, mereka semua menyatakan setuju jika kualitas lingkungan di masukkan ke dalam faktor pengembangan kawasan, mereka beralasan bahwa faktor utama yang menjadikan wisatawan ingin kembali adalah kenyamanan, keindahan, dan kebersihan kawasan wisata.
8.      Perlindungan sumberdaya
Semua responden setuju jika perlindungan sumberdaya dijadikan sebagai faktor pengembangan. Hal ini karena sumberdaya yang ada di kawasan wisata bahari merupakan aset utama kawasan wisata tersebut yang berhubungan dengan daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung.
9.      Kebijakan
Kebijakan yang dimaksud disini yaitu peraturan dari pemerintah daerah yang mendukung pengembangan kawasan wisata bahari. Semua responden menyatakan setuju dengan adanya kebijakan dari pemerintah terkait pengembangan kawasan wisata.
10.  Pemasaran
Seluruh responden mengungkapkan bahwa mereka setuju dengan adanya pemasaran yang digunakan sebagai faktor pengembangan. Hal ini dikarenakan pemasaran yang ada saat ini hanya di prioritaskan kepada satu kawasan wisata bahari saja sehingga tidak adanya pemerataan dalam hal pemasaran.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Jember memiliki potensi wisata bahari yang menonjol, namun pengembangan pada tiap DTW tidak merata dan kurangnya penyediaan infrastruktur yang membuat pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember terhambat. Untuk itu terdapat sepuluh faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Faktor tersebut meliputi daya tarik wisata, prasarana dan sarana, partisipasi masyarakat, kelembagaan, kualitas lingkungan, kesempatan investasi, perlindungan sumberdaya, kebijakan dan pemasaran. Diharapkan dari sepuluh faktor ini dapat digunakan untuk rencana pengembangan wisata bahari di Kabupaten Jember.



DAFTAR PUSTAKA
USAHA YAAA.....
SEMANGAAAATTT:))






No comments:

Post a Comment