Makalah
Perkembangan Wisata Bahari di Indonesia dan
Permasalahannya
(Studi Kasus Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di
Kabupaten Jember)
Oleh
Ade Irma Polamolo
1131417037
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang
telah memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah matakuliah Ekowisata Perairan
yang berjudul “Perkembangan Wisata
Bahari di Indonesia dan Permasalahannya”
dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Tak lupa, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun guna memperbaiki kesalahan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya dan juga bermanfaat pada lingkungan sekitar.
Gorontalo, September 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR............................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pengembangan Wisata Bahari............................................
3
2.2 Permasalahan Adanya Wisata Bahari................................................ 5
2.3 Studi Kasus (Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari
di Kabupaten Jember).......................................................................
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pariwisata dikembangkan
diberbagai belahan di dunia karena dapat
menambah pemasukan devisa bagi
perekonomian Negara yang berkaitan
dengan sumber daya alam serta
potensi yang bervariasi. Sumber
daya alam yang beraneka ragam
baik dalam bentuk budaya, alam
serta buatan memiliki suatu ciri khas potensi yang sangat menunjang pariwisata di dunia. Menurut UU. No. 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. (Ferdinandus dan Ida, 2014)
Sebagian besar wilayah di Indonesia terdiri
atas lautan yang memiliki peran penting sebagai kebutuhan dasar manusianya.
Wilayah pesisir yang bersinggungan langsung dengan laut memiliki sumberdaya
yang cukup potensial yang didukung dengan adanya garis pantai sekitar 81.000 Km
yang diungkapkan oleh penelitian terdahulu. Dalam pengembangan suatu wilayah
dibutuhkan berbagai aspek yang memiliki peran penting terlebih untuk pendapatan
daerah. Kemajuan pendapatan daerah pada wilayah pesisir, mengacu pada sektor
pariwisata. Saat ini wisata yang banyak diminati oleh masyarakat baik lokal
maupun non local yakni wisata yang mengarah ke alam. Salah satu jenis wisata
alam yang sekarang ini banyak menghasilkan wisatawan lokal maupun asing yaitu
wisata bahari. Dapat diartikan wisata bahari adalah salah satu jenis pariwisata
yang memiliki objek sajian meliputi wisata alam dan berhubungan dengan
sumberdaya air. Bisa juga dijelaskan bahwa wisata bahari berarti kegiatan
berpergian yang bertujuan untuk menikmati alam laut. (Nastiti dan Ema, 2013)
Pariwisata Bahari
adalah salah satu dari
berbagai jenis pariwisata, yang
telah dikenal luas pada dewasa
ini dengan perjalanan yang
dilakukan atas dasar tujuan
olah raga di air, danau,
pantai, teluk atau pantai seperti
memancing,menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi
selancar, mendayung keliling
melihat taman laut dengan
pemandangan indah di permukaan
air serta berbagai rekreasi
perairan. (Pendit, 1999 dalam Sastrawan
2014)
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni, Pengembangan wisata bahari,
permasalahannya dan contoh studi kasus.
1.3 Tujuan
Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui
perkembangangan wisata bahari dan segala permasalahan yang timbul dari adanya
wisata bahari di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan
Pengembangan Wisata Bahari
1. Definisi
Menurut Muljadi (2009) dalam Nurhusainita (2017), kata pariwisata berasal dari dua suku
kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar.
Sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi, pariwisata berarti
perjalanan atau berpergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang
berupa dan berasal dari alam dan budaya masyarakat serta potensi ekonomi yang
dapat ditawarkan untuk menarik minat wisatawan (Suwantoro, 2002 dalam Kristiyanto, 2016).
Dari segi
penyelenggaraannya Suwantoro (2004) dalam Nurhusainita (2017) mengemukakan
bahwa obyek wisata dibedakan atas, Ekskursi
(excursion)yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh
kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih obyek wisata, Safari Tour yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan seacara
khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan maupun
obyeknya bukan merupakan obyek kunjungan wisata pada umumnya. Misalnya,
perjalanan wisata safari ke Blauran di Jawa Timur, safari tour ke Ujung Kulon,
safari tour ke pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain, Cruize Tour yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi
obyek-obyek wisata bahari dan obyek wisata di darat tetapi menggunakan kapal
pesiar sebagai basis pemberangkatan, Youth Tour (wisata remaja) yaitu
kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukan bagi para remaja
menurut golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing. Di Indonesia umumnya yang dianggap
remaja adalah mereka yang masih dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas, belum
duduk di bangku Perguruan Tinggi, atau mereka yang usianya masih dibawah 21
tahun, dan belum menikah, Marine
Tour (wisat bahari) yaitu suatu
kunjungan ke obyek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck
diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap.
2.
Jenis-jenis
Pariwisata
Yoeti (2008) dalam Saat
(2010) Jenis-jenis
pariwisata harus kita ketahui dan diperhitungkan
supaya dapat memberikan pengertian dan tempat wajar
dalam pembangunan industri serta sesuai dengan kondisi yang ada. Beberapa
diantaranya yaitu :
-
Wisata Budaya
Ini
dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan, untuk
memperluas pandangan hidup seseorang
dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar
negeri, mempelajari keadaan
rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka.
Seringnya perjalanan serupa
ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti oksposisi seni (seni tari, seni drama,
seni musik dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
-
Wisata Kesehatan
Hal
ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia
tinggal demi kepentingan istirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat
peristirahatan seperti mata air panas mengandung
mineral yang dapat menyembuhkan,
tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan
atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas
kesehatan lainnya.
-
Wisata Olahraga
Ini
dimaksudkan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan
berolahraga atau memang sengaja
bermaksud mengambil bagain aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau
Negara seperti Asian Games,
olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, dan lain-lain. Macam cabang olahraga yang
termasuk dalam jenis wisata
olahraga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya
berburu, memancing, berenang dan berbagai cabang olahraga dalam air atau dia
atas pegunungan.
-
Wisata Cagar Alam
Wisata
ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya
dilindungi oleh undang-undang.
-
Wisata Pertanian
Merupakan
perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebuan, ladang
pembibitan, dimana wisatawan
dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun
melihat-lihat keliling sambil
menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai
jenis sayur mayur dan palawija
disekitar perkebunan yang dikunjungi.
-
Wisata Petualangan
Merupakan
perjalanan yang menantang seperti masuk hutan belantara yang belum pernah
dijelajahi penuh binatang
buas, mendaki tebing teramat terjal, arung jeram di sungai-sungai yang arusnya
liar, masuk goa penuh misteri
dan sebagainya.
2.2 Permasalahan
Adanya Wisata Bahari
Dampak Objek Wisata
Dampak secara sederhana
bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dampak diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif
maupun positif. Menurut Mill
(2000) dalam Rahmah (2017)
dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (p.168-169),
menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan
maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan
secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”. Bila dilakukan dengan benar
dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan
permasalahan.
Penduduk setempat
mempunyai peran yang
sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat
mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
kepariwisataan di daerah tersebut, misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang
ramah, penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat,
upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera mata yang
memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan
sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, aman selama mereka berada di
obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak
dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang,
dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif
terhadap ekonomi maupun sosial.
Dampak
Sosial Ekonomi
Tempat
wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini
dikatakan oleh Gee (1989:12) dalam bukunya yang berjudul “The Travel
Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers increases,
so does the potential for both positive and negative impacts”. (Gee
mengatakan adanya dampak atau pengaruh yang positif maupun negatif karena
adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat).
Masyarakat
dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu
obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik
wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan
pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola
obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata
dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik.
Dampak Sosial
Budaya
Lingkungan
budaya adalah segenap nilai, pandangan hidup, norma, aturan, yang belum menjadi
milik seorang individu, yang belum diinternalisasinya. Perilaku manusia
memiliki dua aspek, yakni aspek sosial dan aspek budaya. Aspek sosial lebih
kongkrit sifatnya daripada aspek budaya. Aspek sosial dari kehidupan manusia
adalah relasi- relasi sosial, ikatan-ikatan sosial, yang merupakan abstraksi
dari interaksi yang terjadi antara individu satu dengan individu lain, seperti
kerjasama, perselisihan, dan partisipasi. Sedangkan aspek budaya adalah sisi
pengetahuan yang terdapat di balik perilaku atau interaksi tersebut, termasuk
juga tentang pelestarian budaya, norma, bahasa, upacara religi, dan life
style.
Kesejahteraan
Sosial
Berkembangnya
kesejahteraan sosial dapat dilihat dari behasilnya suatu perencanaan sosial
dalam masyarakat tertentu. Berhasilnya suatu perencanaan sosial akan membawa
dampak yang sangat baik terhadap kesejahteraan sosial pada umumnya. Berhasilnya
perencanaan sosial dapat dilihat dari digunakannya teknik-teknik baru yang semakin
canggih bagi para perencana dan dipekerjakan sejumlah rencana baru.
Kesejahteraan sosial adalah wujud pencapaian dari pembangunan sosial yang
berkelanjutan. Jika pembangunan sosial terlaksana secara continu, maka tak ayal
kesejahteraan sosiala akan di capai oleh masyarakat tertentu. Sebagai langkah
awal untuk pencapaian kesejahteraan sosial maka diperlukan adanya konsep
perencaan yang sangat strategis guna memudahkan ruang gerak setiap para pekerja
sosial nantinya dalam upaya membangun kesejahteraan sosial masyarakat (Diana
Conyers, 1981 dalam Rahmah, 2017)
2.3
Studi Kasus (Faktor
Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember)
Untuk mengidentifikasi faktor
pengembangan kawasan wisata bahari dilakukan dengan menggunakan teknik analisa
Delphi dan melibatkan responden. Para responden
mengeluarkan pendapat mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap
kebutuhan faktor pengembangan wisata bahari. Dari
hasil eksplorasi Delphi tahap 1 diperoleh pendapat dari para responden :
1.
Pembentuk daya tarik wisata
Semua responden setuju bahwa daya tarik wisata suatu
kawasan yang terkait dengan keberadaan serta kondisi dari sumberdaya alam dan
sumberdaya budaya untuk diadakan. Kebanyakan, para responden memiliki pemahaman
yang sama bahwa daya tarik wisata merupakan sebuah poin penting yang harus
dimiliki oleh setiap kawasan wisata bahari agar dapat menarik minat para
wisatawan untuk mengunjungi kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember.
2.
Ketersediaan prasarana wisata
Seluruh responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan
prasarana dalam suatu kawasan perlu dijadikan sebagai faktor pengembangan
kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Alasan yang diungkapkan oleh para
responden juga cukup memperlihatkan bahwa kondisi prasarana wisata bahari di
Kabupaten Jember tidak layak bahkan tidak semua kawasan wisata terfasilitasi
dengan prasarana yang cukup.
3.
Ketersediaan sarana wisata
Ketersediaan sarana wisata disini berkaitan dengan
adanya fasilitas penunjang dan fasilitas pendukung seperti akomodasi,
aksesibilitas dan galeri-galeri yang berisikan cirri khas dari masing-masing
kawasan wisata. Dari ke delapan responden mengungkapkan kesetujuannya mengenai
ketersediaan sarana tersebut. Selain dapat mempermudah akses para wisatawan
dengan tersedianya transportasi umum, dikarenakan juga akses transportasi
menuju ke kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember yang menggunakan kendaraan
pribadi. Untuk akomodasi seperti penginapan dan rumah makan tidak semua tempat
wisata memilikinya.
4.
Partisipasi masyarakat
Dari delapan responden di atas menyatakan setuju
dengan adanya partisipasi masyarakat yang mendukung kegiatan wisata di kawasan
wisata bahari. Mereka menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat sangat
menguntungkan baik untuk pengelola, pengunjung, pemerintah hingga kepada
msyarakatnya sendiri. Dengan bergabungnya masyarakat ke dalam kegiatan wisata
tersebut, masyarakat juga akan mendapatkan penghasilan dari kebudayaan lokal
yang ada di kawasan wisata yang bisa ditunjukkan oleh masyarakat sekitar
kawasan. Bisa dengan mempertunjukkan adat istiadat sehari-hari di daerah
masing-masing.
5.
Kelembagaan
Satu dari delapan responden menyatakan
tidak setuju dengan adanya peran serta suatu lembaga sebagai faktor
pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Salah satu responden
yang menyatakan tidak setuju menjelaskan bahwa sebaiknya untuk
peningkatan, pengelolaan dan pengembangan di kawasan wisata cukup dipegang dan
dikendalikan oleh satu badan pengelola saja. Di sisi lain, tujuh responden yang
setuju menyatakan bahwa peran serta suatu lembaga sangat dibutuhkan dalam
pengembangan kawasan wisata bahari.
6.
Kesempatan investasi
Seluruh responden menyatakan
setuju bahwa diperlukan adanya kesempatan investasi para investor yang ingin
mengembangkan kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Selain dapat menunjang
pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata, segala kendala dalam pembiayaan
juga dengan mudah dapat teratasi dalam pengembangannya.
7.
Kualitas lingkungan
Kualitas lingkungan disini
terkait dengan kebersihan lingkungan yang ada di kawasan wisata seperti
penurunan jumlah sampah dan penjagaan keasrian kawasan. Dari delapan responden
di atas, mereka semua menyatakan setuju jika kualitas lingkungan di masukkan ke
dalam faktor pengembangan kawasan, mereka beralasan bahwa faktor utama yang
menjadikan wisatawan ingin kembali adalah kenyamanan, keindahan, dan kebersihan
kawasan wisata.
8.
Perlindungan sumberdaya
Semua responden setuju jika
perlindungan sumberdaya dijadikan sebagai faktor pengembangan. Hal ini karena
sumberdaya yang ada di kawasan wisata bahari merupakan aset utama kawasan
wisata tersebut yang berhubungan dengan daya tarik bagi para wisatawan untuk
berkunjung.
9. Kebijakan
Kebijakan yang dimaksud
disini yaitu peraturan dari pemerintah daerah yang mendukung pengembangan
kawasan wisata bahari. Semua responden menyatakan setuju dengan adanya
kebijakan dari pemerintah terkait pengembangan kawasan wisata.
10. Pemasaran
Seluruh responden mengungkapkan bahwa mereka setuju dengan
adanya pemasaran yang digunakan sebagai faktor pengembangan. Hal ini
dikarenakan pemasaran yang ada saat ini hanya di prioritaskan kepada satu
kawasan wisata bahari saja sehingga tidak adanya pemerataan dalam hal pemasaran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan
pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Jember memiliki
potensi wisata bahari yang menonjol, namun pengembangan pada tiap DTW tidak
merata dan kurangnya penyediaan infrastruktur yang membuat pengembangan kawasan
wisata bahari di Kabupaten Jember terhambat. Untuk itu terdapat sepuluh faktor
yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten
Jember. Faktor tersebut meliputi daya tarik wisata, prasarana dan sarana,
partisipasi masyarakat, kelembagaan, kualitas lingkungan, kesempatan investasi,
perlindungan sumberdaya, kebijakan dan pemasaran. Diharapkan dari sepuluh
faktor ini dapat digunakan untuk rencana pengembangan wisata bahari di
Kabupaten Jember.
DAFTAR PUSTAKA
USAHA YAAA.....
SEMANGAAAATTT:))
No comments:
Post a Comment